04/12/19

Wisata Kuliner

KENTEN STREET
Kenten Street tampak menghadap ke jalan

Hari ini Sabtu 23 November 2019, sesudah mengunjungi Lamonda bakery, salah satu produsen roti terkenal di Palembang dan Fikri Collection, yang merupakan toko dan pengrajin tenun songket Palembang asli yang juga sangat terkenal di Palembang, maka perjalananpun dilanjutkan menuju destinasi berikutnya. Palembang terasa cukup panas padahal masih sekitar jam 10 pagi. Jalanan terlihat padat. Kendaraan berjalan agak sedikit merayap. Bis parwisata kami menuju ke arah timur laut tepatnya menuju jalan MP Mangkunegara no 77. Tujuan kami yaitu sebuah tempat makan sekaligus tempat nongkrong yang lagi hits dan kekinian di Palembang. Namanya Kenten Steet.
Eksplorasi Palembang


MENIKMATI KEINDAHAN

JEMBATAN AMPERA


Sabtu ini, 23 November 2019 kami akan berkunjung ke Kampung Arab Al-Munnawar dan  Pulau Kemaro. Kami sudah tiba di dermaga yang terletak di dekat museum Sultan Mahmud Baharuddin II di Palembang. Ketika menunggu kapal, suatu pandangan yang mempesona terhampar di depan mata. Jembatan Ampera. Anggun, kokoh dan mempesona. Membuat kami memanfaatkan waktu sambil berswafoto.

03/12/19

Journey to Palembang


MUSEUM BAYT AKBAR ALQUR’AN
Pagi ini destinasi wisata kami adalah Museum Bayt Akbar Alqur’an yang ada di Jalan M. Amin Fauzi, Soak Bujang, Rt 03/01, Kelurahan Gandus, Kecamatan Gandus, Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan.

02/12/19


Journey to Palembang

MONPERA
(Monumen Perjuangan Rakyat) 


Sesudah sarapan pagi,  aku dengan beberapa teman berjalan kaki menyusuri tepian sungai Musi. Dengan dibantu oleh abang Sandi, yang kebetulan sudah lama tinggal di Bumi Sriwijaya ini, maka jadilah kami ke beberapa objek wisata. Ada beberapa objek wisata yang akan kami kunjungi yaitu Monumen Patung Belida, Jembatan Ampera, Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, Benteng Kuto Besak, Monpera, masjid Agung Palembang dan lain-lain.

30/11/19

Resensi Buku


HUJAN
Penulis: Tere Liye
Penerbit: Gramedia
Tahun Terbit: Januari 2016
Desain Cover: Orkha Creative
Tebal Halaman: 320 halaman
ISBN: 978-602-03-2478-4

“Jangan berhenti mencinta hanya karena pernah terluka, karena tak ada pelangi tanpa hujan,
tak ada cinta sejati tanpa tangisan”

29/11/19

Journey to Palembang


PULAU KEMARO
(Legenda Kisah Cinta Sejati)

"Sanggupkah aku membuktikan  cinta sejatiku 
seperti halnya cinta Siti Fatimah terhadap Tan Bun An ?

28/11/19

Resensi Buku


YAMANIWA
(Ketika Cinta Bertemu Karma)

Penulis: Netty Virgiantini
Penerbit: Gramedia
Tahun Terbit: November 2013
Desain Cover: Innerchild
Tebal Halaman: 220 halaman
ISBN: 978-602-03-0017-7

“Perselingkuhan tidak perlu alasan dan
tidak termaafkan”

27/11/19

Resensi Buku


MISTERI SHALAT SUBUH

Penulis: DR. Raghib As-Sirjani
Penerbit: Aqwam
Tahun Terbit: Mei 2006
Desain Cover: Rudi
Tebal Halaman: 152
ISBN: 978-979-36-5311-2

“Tidak akan masuk neraka, orang yang shalat sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam matahari” 
(HR. Muslim)

25/11/19

Journey to Semarang



OLD CITY 3D ART MUSEUM



Minggu pagi ini  tanggal 17 November 2019 kami bergegas  check out dari sebuah hostel di jalan Lemah Gempal Semarang Selatan menuju hotel di jalan Pemuda Semarang Tengah. Kami pindah karena kamar mandi yang di hostel berada di luar kamar. Selain itu ternyata Widya mendapatkan harga diskon yang lumayan besar untuk hotel yang satunya. Hotelnya juga termasuk hotel besar dengan berbagai fasilitas. Yang utamanya adalah hotel ini tidak jauh dari mal Paragon dan berada ditengah kota Semarang. Meskipun aku pulang ke Jakarta malam ini juga dan tidak ikut menikmati tidur di hotel merbabu ini, tapi aku ikut senang karena teman-teman mendapatkan hotel yang lumayan bagus. Hanya Widya, Sukma dan pak Toni yang masih extend di Semarang ini. 
Journey to Semarang

LAWANG SEWU


                       photo by Widya

Sore hari itu dengan tergesa-gesa aku menyusuri jalan Pandanaran bersama Widya. Tujuan kami adalah gedung Lawang Sewu yang berada di jalan Pemuda, Sekayu kota Semarang. Sebenarnya aku sudah merasa sangat letih sekali setelah seharian kami bermain di Old City 3D Art Museum dan  mengunjungi 5 masjid tua dan terbesar di Jawa Tengah. Namun apa boleh buat, rasa penasaranku terhadap Lawang Sewu memberi energi baru bagi keletihan tubuhku. Kata orang-orang, tanggung sudah kepalang di Semarang, masa iya gak mampir ke Lawang Sewu, salah satu ikon pariwisata kota Semarang yang sudah dikenal seantero negeri. Selain itu pula, mbak Sukma dan suaminya, pak Tony sudah menunggu kami di Lawang Sewu.

24/11/19

Eksplorasi Masjid

MASJID LANGGAR TINGGI, JAKARTA BARAT




Siang itu terasa sangat panas. Sudah beberapa hari ini belum turun hujan. Kakiku mulai melemah menapaki sepanjang jalan Pekojan Jakarta Barat. Rumah-rumah kumuh di sepanjang bantaran kali Angke terlihat ramai dengan barisan jemuran baju di depan rumah. Tak etis terlihat tapi siapa yang mau peduli. Semua sibuk memikirkan jatah nasi hari ini agar perut tidak menyanyi keroncong. Sengatan matahari membuat mataku makin menyipit mencari-cari sosok bangunan masjid. Tapi tanda-tanda itu tak terlihat.

29/09/19

Journey to Malang

PASIR BERBISIK

A whisper stepped me
through the sand,
just walk...
no destiny...
solitaire...
A whispering sand,
so gently.


Aku menyusuri jalan ditengah-tengah gurun pasir, tanpa tujuan. Sepanjang mata memandang hanya pasir berwarna keabuan yang terlihat. Tidak ada siapapun yang tampak. Tapi tahukah kalian? Aku tidak sendiri meski terlihat seperti seorang diri. Ada yang berbisik di telingaku. Begitu lembut suaranya. Tak pernah aku mendengar suara berbisik yang selembut ini sebelumnya. Bisikan itu membuaiku hingga langkahku semakin jauh menuju garis cakrawala tak bertepi.

28/09/19

Artikel

THE SILVER BOYS


Ada yang baru di dekat pasar Parung. Ya, gerai makanan dan tempat nongkrong orang-orang jaman sekarang, yaitu J.Co dan Breadtalk yang kini hadir di mal Ramayana Parung. Maap ini bukan iklan. Ini hanyalah luapan suka dari orang awam seperti aku.

27/09/19

Artikel

SI KLASIK NAN CANTIK


Siang itu kami tiba di Museum Angkut yang berada di Kota Malang. Parkiran dipadati oleh kendaraan para pengunjung. Penuh. Maklum saja karena hari ini adalah hari Minggu. Banyak pengunjung dari luar kota Malang pun berkunjung ke sini.

26/09/19

Eksplorasi Literat

TOTTO-CHAN - GADIS CILIK DI JENDELA


Tingkah polah anak-anak itu bermacam-macam. Ada yang pendiam, disapa hanya diam saja bahkan cenderung takut saat pertama kali bertemu dengan seseorang yang belum pernah dikenalnya. Ada juga yang bisa langsung akrab bahkan rasa ingin tahunya tinggi sekali terhadap lawan bicaranya. Ada juga yang aktif, bahkan cenderung tidak bisa diam. Bergerak ke sana sini mengeksplorasi sekitarnya dengan gesitnya.

25/09/19

Eksplorasi Literat

BUMI


Tere Liye adalah salah satu penulis yang novelnya paling aku suka diantara penulis novel lainnya. Salah satu novelnya yang pernah aku baca yaitu yang berjudul Bumi dengan jumlah halaman yaitu 440 yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka tahun 2014. Novel ini merupakan sekuel dari novel Bulan Matahari dan Bintang. Baru itu saja yang aku tahu sekuelnya. Bisa saja Tere Liye menambahkan novel sekuel lainnya.

24/09/19

Eksplorasi Literat

BAIT-BAIT PUISI ANAKKU


Kereta api Senja Utama Yogya dari stasiun Pasar Senen tiba di stasiun Yogyakarta sekitar pukul 03.00 dini hari. Aku menyeret koperku keluar dari stasiun Yogya. Hari masih gelap dan sepi. Beberapa tukang becak dan supir taksi menawarkan jasanya kepadaku. Aku menolak secara halus. Tidak mungkin aku naik becak atau taksi menuju pondok di Magelang. Terlalu jauh. Tak terbayangkan olehku harus membayar berapa rupiah nantinya.

23/09/19

Eksplorasi Masjid

MASJID JAWA BANGKOK



Pagi ini aku bertekad untuk bisa mengunjungi sebuah masjid di jalan Soi Charoen Rat 1 Yaek 9 Sathorn, Bangkok. Ini adalah hari terakhir kami di Bangkok sebelum akhirnya kami kembali ke tanah air setelah menjelajah Vietnam-Phnom Pehn- Kamboja-Thailand. Awalnya aku bimbang antara ingin pergi ke Chatuchak atau ke masjid Jawa. Kami belum membeli souvenir apa pun di Bangkok ini. Endang minta di temani untuk belanja souvenir dan sejak sebelum tiba di Bangkok aku berjanji akan mengantarkan Endang dan Trisni ke pasar Chatuchack. Tapi karena Trisni sedang dirundung kesedihan mendengar kabar ibunya sakit lagi di tanah air, akhirnya Trisni tidak ikut mencari souvenir. Aku sangat memaklumi. AKu pikir raga Trisni masih di sini tapi pikirannya sudah tidak karuan memikirkan kondisi ibunya di Kediri. Sepanjang malam kemarin, kami mengaji dan zikir-an di hotel. Aku melihat Trisni menangis diam-diam. Tak ada yang dapat kami lakukan selain berdoa dan bersabar.

22/09/19

Journey to Turki

REMEDIAL NAIK BALON


Pagi hari pukul 6.30 bis yang kami tumpangi dari Denizli tiba di Goreme. Hanya kami berlima saja yang di turunkan di terminal bis Goreme. Penumpang yang lainnya masih melanjutkan perjalanan ke terminal bis berikutnya.

21/09/19

Review Film

HAYYA
Dukamu Duka Kami Juga


Rrrrrr... rrrrrrrrr.
Getar suara ponsel mengagetkanku.
“Hai sis. Nanti jadi kan nonton di Botani square?” tanya suara dari seberang ponsel. Eulis yang nelpon.
“Ya jadi dong. Selesai membimbing skripsi Sella aku meluncur ke sana. Kita ambil yang jam 14.25 aja ya.” Jawabku.
“Gak pake lama ya. Kuatir gak kebagian seat di sana. Pasti rame. Ini kan weekend” kata Eulis kuatir.
“Ya gak usah kuatir. Gak dapat jam dua-an ya yang jam empat-an aja,” jawabku sekenanya.
“Ok deh,” jawab Eulis.
Aku matikan ponselku.

20/09/19

Journey to Malang

MURAL DI KAMPUNG TRIDI



Pagi itu sekitar pukul 08.00 pagi kereta api Matarmaja tiba di stasiun Malang. Aku bergegas membuka ponselku dan mulai mencari sebuah nama di whatsapp. Mas Devi.
Tut.....tut.....tut.....klek.
“Assalamualaikum, mas Devi. Ini Vetty” sapaku di ponsel.
“Walaikum salam mbak Vetty. Sudah sampai mana keretanya?”
“Sudah sampai stasiun mas. Ini lagi nurunin koper. Mas nunggu di mana?” tanyaku.
“Pas di pintu keluar ya mbak. Mbak pake baju apa?”
"Aku memakai hijab putih.” Jawabku
"Baik, mb.”
“Ok.” Aku mengakhiri pembicaraan.

19/09/19

Eksplorasi Masjid

MASJID PINK, MALAYSIA



Perjalanan ngebolang kali ini aku ditemani oleh anak lanangku, Fatur. Memasuki hari ke tiga kami menyempatkan diri untuk mengunjungi mesjid pink yang ada di Putrajaya, Malaysia sebelum malamnya nanti kami kembali ke tanah air.

Pagi-pagi setelah sarapan di hotel, kami menyeberang jalan menuju stasiun KL Sentral. Hotel tempat kami menginap memang sangat strategis sekali. Letaknya tepat di seberang KL Sentral sehingga memudahkan kami untuk menuju ke berbagai tempat wisata dan bandara KLIA. Kami naik komuter ke stasiun Pasar Seni (Central Market). Dari stasiun Pasar Seni kami berjalan menuju terminal Pudu Raya yang letaknya tidak begitu jauh dari kawasan Pasar Seni.

Kami tiba di terminal Pudu Raya. Suara mesin bis, klakson dan teriakan para kenek dan supir bercampur aduk jadi satu. Pandanganku melihat ke sekeliling terminal. Ada banyak bis dengan berbagai jurusan di terminal Pudu Raya meskipun terminal ini seperti terminal bayangan. Jadi satu bis datang, menunggu sekitar 15-30 menit kemudian langsung jalan. Aku pun tidak melihat terjadinya penumpukan bis di terminal. Waktu keberangkatan dan ketibaan sepertinya benar-benar diperhitungkan.

Aku mencari-cari bis Nadi Putra 500, bis yang akan mengantarkan kami ke terminal Putrajaya. Tapi aku tidak menemukannya.
“Excuse me sir,” tanyaku pada salah seorang kenek yang sedang berdiri di sisi salah satu bis. Rupanya suaraku kalah dengan kebisingan yang ada di sekitar. Kuualangi lagi sapaku sambil memperkeras volumenya. Sekarang tubuh gempal bapak kenek menghadapku. Dipandanginya aku tanpa berkata apa-apa. Kaosnya yang berwarna putih sangat kontras dengan warna kulitnya yang hitam legam.
“Sir, where is the bus to Putrajaya?” tanyaku.
“Where to go?” Bapak kenek malah balik bertanya padaku. Aku terdiam. Aku lihat Fatur nyengir sambil pura-pura melihat ke arah lain.
“Pink mosque,” jawabku singkat.
“Indonesian?” tanyanya lagi.
“Yes. We are Indonesian. Please tell me the bus to Putrajaya,” Aku menoleh. Suara laki-laki. Fatur yang menjawab pertanyaan bapak kenek itu.
“Ok. Over there,” katanya sambil mengangkat tangan dan menunjuk ke arah pemberhentian bis yang berada di sisi utara terminal.
“Thank you, sir,” jawabku berbarengan dengan Fatur.
“Yeah. Be careful,” katanya sambil tersenyum.


Bis Nadi Putra 500 menuju terminal Putrajaya telah berangkat 5 menit yang lalu. Jadi kami harus menunggu sekitar 25 menit lagi untuk keberangkatan bis berikutnya.
Tidak banyak penumpang yang naik bis Nadi Putra ini. Ada 4 orang India, sepertinya satu keluarga yang terdiri dari bapak, ibu dan 2 anaknya. 2 orang pemuda yang entah berasal dari mana duduk di bangku tepat di depanku. Sebelum naik ke atas bis, kenek telah meminta ongkos bis seharga RM 3,80.

Sesampainya di terminal Putrajaya kami melanjutkan perjalanan naik bis Nadi Putra yang lain yang melayani rute keliling hampir semua tempat wisata dan tempat-tempat penting lainnya di Putrajaya. Ada beberapa rute bis. Kami naik bis Nadi Putra 502 dengan tujuan Masjid Pink atau Masjid Putra. Kami diharuskan membeli kartu seharga RM 5 yang bisa di top up sesuai kebutuhan. Tarif ke Masjid Pink adalah RM 1,5. Jadi aku membayar RM 15 untuk kartu dan isinya. Satu kartu bisa digunakan untuk dua orang.

Selama perjalanan menuju Masjid Pink, kami disuguhkan dengan pemandangan deretan komplek perumahan pegawai negara yang tertata rapi. Pohon-pohon rindang dan taman di sepanjang jalan menambah indah pemandangan. Sangat asri dan bersih. Sejuk. Tak banyak kendaraan dan orang lalu lalang. Sepi tapi tidak menyeramkan. Aku merasakan keteraturan di sini.

Kami tiba di Masjid Pink. Pak supir mengatakan tempat kami menunggu bis nantinya ketika akan kembali lagi ke terminal Putrajaya. Dia mengingatkan pula untuk tidak terlalu sore karena kuatir bis yang akan membawa kami ke terminal Pudu Raya akan semakin lama tibanya karena kemacetan yang mungkin terjadi di Kuala lumpur. Kami mengangguk tanda mengerti.

Di hadapan kami berdiri sebuah masjid yang warna bangunannya bernuansa pink. Masjid yang dibangun pada tahun 1997 ini memiliki lahan seluas 1,37 hektar yang bisa menampung kurang lebih 15.000 jamaah. Pada awalnya masjid ini bernama Perdana Menteri Malaysia Pertama, Tuanku Abdul Rahman Putra Al-Haj. Kemudian berubah nama menjadi Masjid Putra dan terkenal pula dengan nama Masjid Pink. Perpaduan antara desain geometris dan kaligrafi terlihat pada kubahnya. Sangat indah. Konon katanya menara masjidnya terinspirasi dari desain masjid Sheikh Omar yang berada di Baghdad.

Aku berjalan memasuki masjid. Ruang tempat shalat bagi wanita yang berada di sebelah kiri bangunan masjid dipadati oleh para jamaah dari berbagai daerah. Karpet lebar nan cantik terhampar menutupi lantai. Lampu-lampu berjajar membentuk dua putaran yang menempel pada rangka bundar terlihat anggun tergantung pada langit-langit masjid. Tempat imam berada sejajar dengan pintu masuk bagi ichwan. Kipas angin berukuran besar berbaris rapi di bagian depan di sisi kiri dan kanan. Pintu-pintu kaca terlihat menyebar di 3 sisi masjid. Pilar-pilar segiempat bernuansa bata merah muda berdiri kokoh makin memperlihatkan keanggunan masjid.

Seusai shalat, aku berjalan mengelilingi masjid. Angin sepoi-sepoi membentuk garis-garis riakan halus pada air danau. Danau yang diberi nama Danau Putrajaya yang berada di sisi barat masjid ikut andil dalam menyejukkan udara disekitarnya dan membuatku nyaman berada di sini berlama-lama. Pohon-pohon hias di pot menambah indah pemandangan.

Masjid pink yang merupakan ikon dari kota Putrajaya ini semakin ramai didatangi para pengunjung. Pengunjung yang datang ke masjid ini berasal dari berbagai negara. Mereka bukan hanya yang beragama Islam saja tapi banyak juga wisatawan dan turis yang berbeda agama. Bagi pengunjung yang memakai celana pendek dan berpakaian minim diharuskan memakai kain dan selendang penutup kepala. Dengan sigap para petugas akan membantu mereka meminjamkan kain dan selendang penutup kepala.

Hari semakin sore. Kami keluar dari masjid dan menuju tempat pemberhentian bis Nadi Putra. Kami diam tak berkata-kata. Mencoba untuk meresapi kembali apa yang telah kami rasakan di dalam Masjid Pink. Bis melaju menjauh meninggalkan masjid. Aku menoleh sekali lagi. Dari kejauhan, Masjid Pink seakan mengapung di atas danau. Menyertakan rasa syukurku kepada Ilahi yang telah mengijinkan kami berada di sini.




18/09/19

Artikel

COSPLAY OF NARUTO


Memasuki hari ke-2 kebersamaanku dengan teman-teman KS-28 di Bandung sangat menyenangkan. KS-28 adalah sebutan bagi teman-teman yang lulus tes kepala sekolah yang berjumlah 28 orang. Kami sangat menikmati suasana alun-alun kota Bandung. Alun-alun padat dipenuhi oleh para pengunjung dari berbagai penjuru. Ada yang dari luar Bandung, seperti Bogor, Yogya, Cianjur dan lain sebagainya. Ada pula warga Bandung dan sekitarnya. Karena padatnya pengunjung, jadi kami tidak bisa leluasa duduk berkelompok membentuk lingkaran. Maka terbentuklah beberapa kelompok. Tapi tak mengapa, yang penting kami berkumpul semua bersenda gurau.

17/09/19

Artikel


TUK TUK CAMBODIA


Tuk tuk adalaH kendaraan yang kami gunakan selama kami perjalanan kami di Kamboja. Bentuknya seperti delman dengan motor sebagai pengganti kudanya. Motornya dimodifikasi sehingga terhubung dengan kereta kayu sebagai tempat bagi penumpang yang terpasang di bagian belakang. Seperti halnya delman. Terdapat dua bangku panjang yang saling berhadapan. Biasanya memuat empat penumpang. Tuk tuk yang kami kendarai sudah full house meskipun kami hanya bertiga saja tapi ada 2 koper besar, dan 1 tas travel, 1 ransel beserta 2 tas tangan.

16/09/19

Artikel

STOP BY AT SOS HERMANN GMEINER SCHOOL
CAMBODIA


Aku bergegas mencari pintu keluar dari area candi Ta Prohm. Candi yang pernah digunakan sebagai tempat syuting film Tomb Raider ini merupakan salah satu destinasi paket wisata di Angkor Wat, Kamboja. Langkah kakiku terhenti manakala teringat perkataan petugas di pintu masuk tadi bahwa area candi ini mempunyai banyak pintu masuk dan keluarnya. Aku segera membuka handphone dan mencari foto pintu masuk yang aku foto sebelum masuk ke area candi.

14/09/19

Journey to Vietnam

GET LOST IN THE DESERT


Sebuah jeep hijau tentara tiba di rumah makan. Seorang pemuda usia 30 tahun-an turun dari jeep dan masuk menemui lelaki pemilik rumah makan. Aku menghentikan percakapanku dengan Eri dan memperhatikan pemuda tersebut. Semoga saja ini jeep tour kami, kataku dalam hati. Hari sudah hampir pukul 2 siang. Rumah makan sudah sepi dari para penumpang yang tadi pergi bersama kami satu bis. Mereka sudah menuju lokasi wisata Mui Ne. Hanya kami saja berempat yang masih tertinggal di sini.

13/09/19

Journey to Vietnam

MAIN BECEK DI FAIRY STREAM


Jeep mulai melaju di jalanan yang terlihat sepi. Tidak banyak kendaraan yang lalu lalang. Meski begitu banyak terdapat belokan tajam dan berliku. Mada terlihat sudah biasa dengan medan seperti ini. Tempat wisata yang pertama kami kunjungi adalah Fairy Stream. Terus terang saja, aku belum ada gambaran seperti apa tempat wisata ini.

Journey to Vietnam

BALI IS NOT A COUNTRY


Siang itu pukul 13.00 sampailah kami di Mui Ne setelah melakukan perjalanan selama kurang lebih 5 jam dengan sleeper bus. Beberapa penumpang memberikan alamat yang dituju dan salah satu fasilitas bis ini adalah mengantarkan penumpangnya ke alamat hotel yang dituju. Aku bingung mau minta diturunkan dimana karena aku memang tidak mempunyai rencana untuk menginap di sini. Maka ketika bis berhenti di sebuah rumah makan, maka kami pun turun bersama beberapa penumpang lainnya.

12/09/19

Journey to Vietnam

THE BEDS IN THE BUS


Hari ini hari ke-3 di Vietnam. Selesai shalat subuh kami bersiap turun ke lobi di lantai satu dan melakukan check out dari hotel pagi ini. Koper sudah di packing dari semalam dan siap dititipkan di lobi hotel. Tidak berapa lama menunggu, seorang wanita datang menjemput kami.

11/09/19

Journey to Vietnam

GUNAKAN ‘MATA BARU’-MU, TEMAN



Pada bulan Juli 2017 pesawat yang aku tumpangi mendarat di bandara internasional Tansonhat, Ho Chi Minh, Vietnam pada keesokan harinya setelah hari sebelumnya transit terlebih dahulu di bandara internasional Changi, Singapura. Tak banyak kegiatan yang aku dan teman-teman lakukan di bandara Changi selain hanya menunggu datangnya pagi karena pesawat mendarat di bandara Changi sudah hampir tengah malam yaitu pukul 22.35 waktu setempat dan lepas landas menuju Ho Chi Minh enam jam kemudian.

10/09/19

Eksplorasi Masjid

MASJID AN NEAKMAH KAMBOJA


Pagi itu aku tiba di pool bis di Kamboja. Kerumunan penjemput sudah menyemut di depan pintu luar pool bis. Aku masih menunggu Trisni dan Endang yang sedang ke toilet ketika kulihat seorang laki-laki berkulit hitam memakai kemeja putih mengangkat selembar kertas hvs putih bertuliskan VETTY. Aku terkejut. Seumur-umur baru kali ini aku disambut seperti ini. Tapi aku tidak kenal dengan orang itu. Kok ya bisa-bisanya dia menuliskan namaku dan akan menjemputku.
Siapa dia?