MENIKMATI KEINDAHAN
JEMBATAN AMPERA
Sabtu ini, 23 November 2019 kami akan berkunjung ke Kampung Arab Al-Munnawar dan Pulau Kemaro. Kami sudah tiba di dermaga yang terletak di dekat museum Sultan Mahmud Baharuddin II di Palembang. Ketika menunggu kapal, suatu pandangan yang mempesona terhampar di depan mata. Jembatan Ampera. Anggun, kokoh dan mempesona. Membuat kami memanfaatkan waktu sambil berswafoto.
Menurut sejarahnya jembatan Ampera ini dibangun dengan
menggunakan dana rampasan saat perang Jepang senilai 2,5 miliar Yen. Ahli-ahli konstruksi dari Jepang juga ikut andil dalam proyek pembangunan Jembatan Ampera.
Pembangunan jembatan ini dilaksanakan pada April tahun 1962 dan
diresmikan pada 30 September 1965 oleh Letjen Ahmad Yani yang dipercaya
meresmikan penggunaan jembatan untuk pertama kalinya. Selain itu, peresmian
tersebut merupakan agenda kenegaraan terakhir dari Letjen Ahmad Yani sebelum
beliau menjadi korban G30S/PKI pada 1 Oktober dini hari.
Jembatan yang memiliki panjang 1.117 meter dengan lebar 22 meter
yang membelah sungai Musi ini merupakan jembatan terpanjang dan canggih di Asia
Tenggara pada masanya. Bagian tengah jembatan dapat diangkat ke atas agar tiang
kapal yang lewat di bawahnya tidak tersangkut bandan jembatan. Untuk
mengangkatnya maka diperlukan dua bandul pemberat yang beratnya masing-masing
sekitar 500 ton pada dua menaranya. Waktu yang dibutuhkan untuk mengangkat
seluruh jembatan yaitu sekitar 30 menit. Hal ini tentu saja menimbulkan
kemacetan kendaraan yang ingin melintasi jembatan. Tahun 1990 dua bandul pemberat
untuk menaikturunkan bagian tengah jembatan dibongkar dengan alasan keselamatan
masyarakat yang melintasi jembatan.
Pada awalnya jembatan ini bernama Jembatan Bung Karno. Sebagai
bentuk apresiasi masyarakat Palembang kepada Presiden RI pertama, Ir Soekarno,
Tetapi, Presiden Soekarno tak berkenan, karena adanya pergolakan
politik pada tahun 1966, maka dipilihlah nama yang memiliki makna Amanat
Penderitaan Rakyat (Ampera), yang pernah menjadi slogan bangsa Indonesia pada
tahun 1960'an. Sehingga dijuluki Jembatan Ampera.
Menurut keterangan salah seorang teman yang tinggal di
Palembang, Jembatan Ampera ini tadinya bukan berwarna merah. Jembatan ini sudah
mengalami tiga kali pergantian warna. Pada awal berdirinya jembatan ini
berwarna abu-abu, kemudian pada tahun 1992 diganti menjadi warna kuning hingga
pada tahun 2002 hingga sekarang berwarna merah.
Jembatan Ampera ini sangat penting bagi masyarakat Palembang dan
para wisatawan yang datang ke Palembang. Jembatan ini menghubungkan arus
perekonomian dan kemudahan wisata di wilayah Seberang Ilir dan Ulu.
Nah, jika kamu datang ke Palembang, aku yakin, pasti kamu akan
selalu melihat dan melewati Jembatan Ampera ini. Pemandangan di sekitar
Jembatan Ampera ini sangat indah. Sayang kalau tidak berswafoto di sini.
(latepost)
(latepost)


Tidak ada komentar:
Posting Komentar