25/11/19

Journey to Semarang

LAWANG SEWU


                       photo by Widya

Sore hari itu dengan tergesa-gesa aku menyusuri jalan Pandanaran bersama Widya. Tujuan kami adalah gedung Lawang Sewu yang berada di jalan Pemuda, Sekayu kota Semarang. Sebenarnya aku sudah merasa sangat letih sekali setelah seharian kami bermain di Old City 3D Art Museum dan  mengunjungi 5 masjid tua dan terbesar di Jawa Tengah. Namun apa boleh buat, rasa penasaranku terhadap Lawang Sewu memberi energi baru bagi keletihan tubuhku. Kata orang-orang, tanggung sudah kepalang di Semarang, masa iya gak mampir ke Lawang Sewu, salah satu ikon pariwisata kota Semarang yang sudah dikenal seantero negeri. Selain itu pula, mbak Sukma dan suaminya, pak Tony sudah menunggu kami di Lawang Sewu.


Seorang petugas mengantarkan kami ke loket pembelian tiket. Tiket masuk ke gedung Lawang Sewu adalah 10 ribu rupiah. Petugas yang ada di dalam loket menawarkan kami tiket jasa tour guide seharga 30 ribu rupiah untuk mengeksplorasi gedung Lawang Sewu.

“Gimana, mau gak pake tour guide?” tanya Widya.
“Gak usah deh. Waktuku sangat sempit ini. Kereta api berangkat jam 20.30 tapi aku harus sudah ada di stasiun minimal 1 jam sebelumnya. Sekarang saja sudah mendekati waktu magrib,” jawabku.
“Ok,” angguk Widya.
“Bukanya jam berapa ya pak?” tanya Widya kepada petugas penjaga loket. Sepertinya Widya akan kembali lagi besok ke sini kalau harii ini tidak puas mengeksplorasi Lawang Sewu. Widya baru akan balik keesokan sore.
“Kami buka pukul 07.00 hingga pukul 21.00” jawab petugas loket.


Kami memasuki ruangan gedung Lawang Sewu. Alamak, pantas saja disediakan tour guide. Sungguh membingungkan mau melangkah masuk ke pintu mana dulu ini. Aku dan Widya sempat terpencar.

Ketenaran Lawang Sewu sebagai salah satu tempat wisata angker membuat orang-orang tidak menyangka bahwa Lawang Sewu sebenarnya adalah museum kereta api yang dikelola oleh PT. Kereta Api Indonesia. Kita dapat melihat berbagai koleksi per-kereta apian pada jaman penjajahan Belanda. Selain itu pula, Lawang Sewu merupakan saksi sejarah perjuangan para pemuda mempertahankan kemerdekaan dalam peristiwa “Pertempuran Lima Hari di Semarang”.

Awalnya gedung Lawang Sewu merupakan kantor   Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), yaitu salah satu perusahaan kereta api terpenting di Hindia Belanda yang dibangun pada tahun 1904 dan baru selesai pembangunannya pada tahun 1907. Rel kereta api pertama yang ada di Indonesia dibangun oleh perusahaan NIS ini pada tanggal 17 Juni 1864. Demikian pula dengan stasiun kereta api pertama Indonesia yaitu Stasiun Semarang yang akhirnya ditutup pada tahun 1905 karena terendam rob.

Konon katanya pintu Gedung Lawang Sewu berjumlah seribu. Mari kita mulai berhitung apakah benar jumlah pintunya ada seribu? Berdasarkan data, jumlah lubang pintunya adalah 429 buah dan bila dihitung bersama dengan daun pintunya maka jumlahnya 1.200 buah. Karena jumlahnya mencapai lebih dari seribu maka masyarakat Semarang menamakannya sebagai Lawang Sewu yang bila diartikan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai “seribu pintu”, meski dalam kenyataannya jumlah pintunya tidak mencapai seribu.

Apa sih keunikan dari Lawang sewu? Ya keunikannya karena jumlah pintunya yang sangat banyak itu. Banyak para wisatawan yang menjadikan pintu-pintu ini sebagai latar foto mereka. Lawang Sewu juga terlihat menarik pada malam hari.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar