08/09/19

Eksplorasi Literat

THE WORLD BELONGS TO THOSE WHO READ


“The world belongs to those who read”. Entah siapa yang pertama kali mencetuskan kata-kata itu. Tapi yang jelas saya menemukan kata-kata tersebut di dinding salah satu lantai di Perpustakaan Nasional jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta. Saya suka dengan kata-kata tersebut. Dunia milik mereka yang membaca.


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, dunia diartikan sebagai 1) bumi dengan segala sesuatu yang terdapat di atasnya; planet tempat kita hidup, 2) alam kehidupan, 3) semua manusia yang ada di muka bumi, 4) lingkungan atau lapangan kehidupan, 5) (segala) yang bersifat kebendaan, yang tidak kekal, 6) peringkat antarbangsa (seluruh jagat atau segenap manusia). Memiliki dunia berarti memiliki kekuasaan akan bumi dan isinya. Sedangkan membaca dapat diartikan sebagai suatu aktivitas yang bertujuan mencari, melihat dan memahami isi suatu bacaan atau tulisan. Karena seseorang yang membaca mengetahui dan memahami lebih ddahulu daripada orang yang belum pernah membaca, maka wajar saja jika dikatakan bahwa “The world belongs to those who read”.

Tak dapat dipungkiri bahwa orang-orang besar yang mampu merubah peradaban adalah orang-orang yang suka membaca. Siapa yang tak kenal dengan Soekarno, salah seorang tokoh proklamator Indonesia. Sejak kecil, Soekarno sudah gemar membaca. Soekarno pun senang mengunjungi sebuah perpustakaan besar kala itu yang dibuat oleh Perkumpulan Theosofi atau Kebatinan. Waktunya banyak dihabiskan di perpustakaan ini. Dari membaca inilah Soekarno mengenal tokoh-tokoh dunia seperti Thomas Jefferson, Karl Marx, Jean Jacques Rousseau, dan lain-lain. Dari kegiatan itu juga beliau mendapatkan wawasan dan buah pikiran dari para tokoh dunia tersebut. Baginya, buah pikiran mereka adalah buah pikirannya, cita-cita mereka adalah juga cita-citanya. Soekarno pun piawai dalam menulis. Beliau dapat menuliskan sebuah artikel yang terdiri 1000 kata dalam waktu 15 menit. Hal ini bisa dilakukannya karena pengetahuan yang luas yang di dapat dari membaca.

Gus Dur, seorang presiden, kiai, pemimpin NU yang dikenal dengan ikon “Gitu saja kok repot!” adalah seorang kutu buku. Bahkan sebelum lahir pun, Gus Dur telah dikondisikan untuk menjadi seorang kutu buku. Beliau diwariskan akan kegilaan pada buku dan tradisi membaca oleh kakeknya yaitu K.H Hasyim Ashari. Dikatakan bahwa pesantren Tebu Ireng yang dibangun oleh K.H Hasyim Ashari mempunyai perpustakaan terlengkap pada masa itu, baik dalam bentuk buku maupun manuskrip, tidak hanya dalam Bahasa Indonesia tetapi juga dalam bahasa Jawa, Arab, melayu bahkan bahasa asing lainnya.

Malcolm X, seorang tokoh Muslim Afrika-Amerika dan aktivis hak asasi manusia. Karena idealismenya yang bertentangan dengan penguasa saat itu, maka Malcolm X sering dipenjarakan. Bagi para tahanan, penjara bagaikan neraka karena di tempat itulah mereka mendapat hukuman. Namun berbeda halnya bagi Malcolm X. Penjara merupakan tempat untuk menambah wawasan. Penjara adalah universitas terbaik di dunia. Di dalam penjara inilah Malcolm banyak membaca. Dia menyadari bahwa kegemarannya membaca dalam penjara banyak membawa perubahan dalam hidupnya.

Masih banyak lagi yang menjadi orang-orang yang besar dan berkuasa adalah karena dalam hidupnya diisi dengan banyak membaca seperti Thomas Jefferson, Tan Malaka, Lenin dan lainnya.
Sebagaimana dikatakan Orhan Pamuk, seorang novelis asal Turki bahwa membacalah satu buku setiap hari maka seluruh kehidupanmu berubah.

1 komentar: