18/09/19

Artikel

COSPLAY OF NARUTO


Memasuki hari ke-2 kebersamaanku dengan teman-teman KS-28 di Bandung sangat menyenangkan. KS-28 adalah sebutan bagi teman-teman yang lulus tes kepala sekolah yang berjumlah 28 orang. Kami sangat menikmati suasana alun-alun kota Bandung. Alun-alun padat dipenuhi oleh para pengunjung dari berbagai penjuru. Ada yang dari luar Bandung, seperti Bogor, Yogya, Cianjur dan lain sebagainya. Ada pula warga Bandung dan sekitarnya. Karena padatnya pengunjung, jadi kami tidak bisa leluasa duduk berkelompok membentuk lingkaran. Maka terbentuklah beberapa kelompok. Tapi tak mengapa, yang penting kami berkumpul semua bersenda gurau.


Waktu menjelang sore. Masih ada waktu sekitar 30 menit sebelum kami semua kembali ke bis untuk melanjutkan perjalanan kembali ke Bogor.
“Tadi aku melihat anak-anak muda berpakaian artis-artis gitu. Aku mau ke sana sebentar ya. Masih ada waktu 30 menit kan? “pintaku
“Masih Vet. Silakan saja.” Jawab Daday.
“Ada yang mau ikut? Sekalian kita selfie-selfie dengan para artisan itu,” ajakku.
“Enggak ah. Males jalan lagi. Enakan di sini.” Kata Sri Hero.
“Jauh gak?” tanya Ermaini.
“Deket kok.” Jawabku
“Udah disini aja. Bagi Vetty yang doyan jalan segitu itu deket, Erma.”kata Niwa. Aku hanya nyengir saja. Akhirnya aku berjalan sendiri.
“Hati-hati ya. Jangan sampai nyasar.” Teriak Devi.
Aku mengiyakan sambil mengacungkan jempol. Dengan tergesa aku berjalan menuju tempat para artisan. Aku menuruni beberapa anak tangga yang berada di gerbang luar alun-alun sebelum aku akhirnya menyeberang jalan. Di perempatan lampu merah aku menyebrang lagi hingga tiba di jalan Asia-Afrika. Dari kejauhan tampak beberapa anak muda berdandan ala pemeran film-film animasi seperti Naruto, Dragon Ball, Superman, bahkan ada yang berpakaian seperti tokoh-tokoh pejuang bangsa Indonesia seperti bung Karno, jendral Sudirman, dan lain-lain.


Aku mulai menyusuri jalan Asia-Afrika. Tiba-tiba aku dikejutkan oleh wajah yang dipenuhi oleh darah dengan pakaian yang serba putih yang tiba-tiba sudah ada di sampingku. Padahal sebelumnya aku tidak melihatnya. Bener-bener kaget. Aku sampai mengusap-usap dada. Seorang anak yang sedang berjalan dengan ibunya sampai teriak ketakutan dan akhirnya malah menangis.
Tidak jauh dari tempat tadi aku melewati seorang lelaki gagah perkasa dengan jas hitam dan penutup kepala khas Jawa. Siapa lagi kalo bukan jendral Sudirman. Aku tersenyum sambil mengacungkan kepalan tanganku padanya sambil berucap, ”Merdeka”.
Langkah kakiku terhenti manakala aku melihat seorang “Naruto” persis sekali. Aku amati anak muda yang berkostum dan berdandan ala Naruto. Dia tersenyum. Aku mulai mendekatinya. Dua orang pelajar mendekati dan minta difoto bareng. Jepret...jepret. Setelah itu mereka memasukkan uang ke dalam kotak. Entah berapa jumlahnya. Dengan takzim, “Naruto” mendekapkan kedua telapak tangannya.
“Terima kasih, teh” Dua pelajar itu tersenyum malu.


“Maap. Boleh ya bincang-bincang sebentar? Nama ibu nih Vetty dari Bogor. Ibu lagi wisata dengan teman-teman.” Kataku sambil menjulurkan tangan berkenalan.

“Boleh bu. Saya Iwan.”
“Ini Iwan berdandan ala Naruto ya?” tanyaku.
“Iya bu. Saya sebagai Naruto. Dan Ini Adi sebagai Sasuke” Adi mengangguk dengan sopan.
“Keren. Mirip deh. Siapa yang mendandani seperti ini?” tanyaku ingin tahu.
“Kita bersama-sama bu. Saling bantu aja diantara teman-teman yang ada di sini.”jawab Iwan sambil menunjuk ke arah seorang gadis cantik berpakaian seperti bidadari. Entah lah dia berperan sebagai apa. Gadis itu tersenyum.
“Untuk make up ya kita dibantu oleh adik saya itu bu.” Jelas Iwan.
“Iwan sudah berkeluarga?” tanyaku.
“Sudah punya. Anaknya baru satu,” jawabnya tersenyum.
“Nah Sasuke sendiri gimana nih? Sepertinya masih sekolah ya?” Tanyaku ke Adi. Adi hanya mengangguk malu.
“Adi baru kelas 8 bu,” jawab Iwan.
“Ikut kegiatan ini ganggu sekolah gak?” tanyaku ingin tahu.
“Tidak bu. Kita lakukan ini jelang sore seperti ini. Itu pun pas hari weekend.” Jawab Adi.
“Ngomong-ngomong, ini berpakaian kostum seperti ini ada istilahnya gak?”
“Ada bu. Ini dinamakan COSPLAY. Kalau pengertian kita adalah costum player.” Kata Iwan. Mereka membeli sendiri kostum yang dipakai. Untuk asesorinya mereka gunakan bahan-bahan yang ada yang sesuai dengan kebutuhan.


Dari hasil bincang-cincang dengan Iwan dan Adi, aku mendapat sedikit informasi bahwa kostum yang mereka pakai disesuaikan dengan kostum tokohnya. Bagi Iwan dan Adi, cosplay itu bukan hanya sekedar memakai kostum yang mereka perankan tapi juga penjiwaan karakter tokoh juga harus diperhatikan. Hal ini penting agar cosplay terlihat seperti riil. Jika tokoh yang diperankan tidak begitu mirip, banyak pengunjung yang tidak mau berfoto dengan tokoh itu dan siap-siap saja jadi bahan bullying. Selain itu juga mempengaruhi pendapatan sampingan mereka. Meskipun menurut Iwan, mereka tidak memaksa para pengunjung untuk membayar sesudah di foto. Suka rela dan keikhlasan saja.

Bermula dari hobi menyukai tokoh animasi dan mencoba berperan sebagai cosplay, akhirnya Iwan malah ketagihan. Iwan jadi banyak teman. Ketika tidak memakai kostum, ada beberapa yang mengenalinya dan memanggilnya dengan Naruto. Iwan jadi terkenal dengan panggilan Naruto. Terkadang Iwan dan Adi juga diminta untuk mengisi acara ulang tahun anak-anak.

Sebenarnya aku belum begitu puas berbincang-bincang dengan para cosplayer ini tapi apa boleh buat karena waktu yang diberikan hanya sekitar 30 menit. Itu pun rasanya sudah lebih dari 30 menit. Aku kembali ke alun-alun kota Bandung ke tempat dimana teman-teman tadi duduk santai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar