Artikel
STOP BY AT SOS HERMANN GMEINER SCHOOL
CAMBODIA
CAMBODIA
Aku bergegas mencari pintu keluar dari area candi Ta Prohm. Candi yang pernah digunakan sebagai tempat syuting film Tomb Raider ini merupakan salah satu destinasi paket wisata di Angkor Wat, Kamboja. Langkah kakiku terhenti manakala teringat perkataan petugas di pintu masuk tadi bahwa area candi ini mempunyai banyak pintu masuk dan keluarnya. Aku segera membuka handphone dan mencari foto pintu masuk yang aku foto sebelum masuk ke area candi.
“Excuse me sir,” sapaku pada salah seorang petugas berpakaian dinas yang sedang berjaga di dekat sebuah pohon raksasa. Perawakannya yang tinggi besar dengan senyum yang menawan makin menyempurnakan ketampanan wajahnya.
“Yes. What can I do for you?” tanyanya ramah.
“This sir,” kataku sambil menunjukkan foto yang ada di handphone. Dia ikut melihat ke arah handphoneku.
“At first, I enter from this gate. My friends are waiting here. Could you help me to find the exit gate near this entrance?” tanyaku minta tolong.
Petugas tersebut memperhatikan foto yang ada di tanganku.
“Ok. You just walk straight this road. Over there there is an exit door which are the same with your entrance before.” Jelasnya.
“Thank you, sir,” balasku sambil tersenyum.
Kepalaku melongok ke kiri dan ke kanan mencari tuk tuk yang aku sewa untuk perjalanan wisata ke Angkor Wat. Seingatku tadi kami janjian di pelataran parkir sebelah utara area candi Ta Prohm tapi aku tidak melihatnya sama sekali diantara tuk tuk dan kendaraan lainnya. Aku mulai cemas. Aku kuatir nyasar lagi seperti waktu di gurun pasir White Sand Dunes, Vietnam. Aku tidak mau hal itu terulang lagi. Langit mulai mendung. Sebagian awan mulai berwarna gelap pertanda akan turun hujan.
“Lady,” aku terkejut. Seseorang menepuk bahuku. Mr. Charman. Alhamdulilah.
Aku mengikuti mr. Charman menuju tuk tuk. Dia telah memindahkan kendaraannya di bawah sebuah pohon besar. Kulihat Trisni dan Endang sedang duduk di dalam tuk tuk.
“Ayo Vet. Sudah mau hujan ni kayaknya,” kata Trisni.
“Iya.” Jawabku tersenyum.
“Kirain nyasar lagi,” cengir Endang.
Aku mengikuti mr. Charman menuju tuk tuk. Dia telah memindahkan kendaraannya di bawah sebuah pohon besar. Kulihat Trisni dan Endang sedang duduk di dalam tuk tuk.
“Ayo Vet. Sudah mau hujan ni kayaknya,” kata Trisni.
“Iya.” Jawabku tersenyum.
“Kirain nyasar lagi,” cengir Endang.
Hujan mulai turun ketika kami masih di area komplek Angkor Wat. Mr. Chaman meminggirkan kendaraannya. Dengan sigap dia mulai membuka gulungan-gulungan terpal-terpal yang terkait di bagian atas setiap bagian depan, belakang dan samping tuk tuk sehingga tuk tuk yang kami naiki tertutup rapat. Kemudian dia memakai jas hujan plastik yang tipis.
Hujan mulai berkurang derasnya ketika tuk tuk kami mulai memasuki pasar Siem Reap. AKu mengintip dari terpal yang menutupi tuk tuk. Jalan yang tadinya senyap kini mulai ramai dipadati kendaraan dan pejalan kaki. Beberapa orang mulai keluar dari tempat teduh.
“Sir, would you please stop by here?” pintaku ketika tanpa sengaja aku melihat sebuah sekolah beserta murid-murid yang lalu lalang memasuki gerbang sekolah. Beberapa siswa mulai mempercepat langkahnya memasuki gerbang sekolah. Beberapa lainnya terlihat masih di jalan mengendarai sepeda sambil membunyikan bel sepedanya menghalau kerumunan beberapa siswa sekolah dasar yang berjalan santai di depan pintu gerbang sekolah. Saat itu waktu menunjukkan pukul 13.30 waktu setempat. Aku meminta mr. Chaman untuk berhenti di depan sekolah. Spontanitas saja aku ingin mengetahui sekolah tersebut.
“Sir, would you please stop by here?” pintaku ketika tanpa sengaja aku melihat sebuah sekolah beserta murid-murid yang lalu lalang memasuki gerbang sekolah. Beberapa siswa mulai mempercepat langkahnya memasuki gerbang sekolah. Beberapa lainnya terlihat masih di jalan mengendarai sepeda sambil membunyikan bel sepedanya menghalau kerumunan beberapa siswa sekolah dasar yang berjalan santai di depan pintu gerbang sekolah. Saat itu waktu menunjukkan pukul 13.30 waktu setempat. Aku meminta mr. Chaman untuk berhenti di depan sekolah. Spontanitas saja aku ingin mengetahui sekolah tersebut.
“Ini dimana?” tanya Endang.
“Kita mau mampir ke sana, Vet? Kita kan tidak membawa surat ijin atau janjian terlebih dahulu dengan pihak sekolah?” tanya Trisni ragu.
“Kita coba ijin langsung saja. Semoga bisa,” kataku berharap.
“This is a school, lady.” Seru mr. Charman. “Are you sure you want to come here?” tanya supir tuk tuk ragu juga.
“Yes. You just stay here a moment, please,” jawabku.
“Kita mau mampir ke sana, Vet? Kita kan tidak membawa surat ijin atau janjian terlebih dahulu dengan pihak sekolah?” tanya Trisni ragu.
“Kita coba ijin langsung saja. Semoga bisa,” kataku berharap.
“This is a school, lady.” Seru mr. Charman. “Are you sure you want to come here?” tanya supir tuk tuk ragu juga.
“Yes. You just stay here a moment, please,” jawabku.
Aku ijin pada sekuriti. Dia terbata-bata berbicara denganku. Sepertinya kurang begitu bisa berbahasa Inggris tapi memahami apa yang aku maksudkan. Sekuriti meminta kami untuk menunggu sementara dia menginformasikan kedatangan kami ke bagian administrasi. Seorang siswa perempuan yang baru masuk pintu gerbang sekolah diminta untuk menemani kami. Siswa tersebut ternyata kelas 10. Bahasa Inggrisnya lancar dan lumayan fasih. Tidak berapa lama sekuriti kembali dan meminta kami untuk mengikutinya ke ruang administrasi, seperti ruang khusus tata usaha sekolah.
Kami diperkenalkan kepada kepala sekolah SOS Hermann Gmeiner School yaitu mr. Um Ra, kepala administrasi, mr. OUK Sambo dan beberapa staf tata usaha lainnya. Kami ungkapkan keinginan kami yang mendadak untuk melihat-lihat sekolah dan ruang kelas. Dengan didampingi oleh salah seorang staf tata usaha kami berkeliling melihat-lihat kegiatan belajar mengajar di kelas. Kami hanya berdiri di depan pintu sambil mengamati karena tidak ingin murid-murid terganggu dengan kedatangan kami yang di luar rencana.
SOS Hermann Gmeiner School ini menampung siswa dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah yaitu dari kelas 1 hingga kelas 12. Bangunan sekolahnya tingkat dua berbentuk letter L dengan lapangan basket menghadap pintu gerbang sekolah. Ruang kepala tersendiri dan berada di area ruang tata usaha sementara ruang guru berada tepat di sebelah kanan ruang tata usaha. Untuk tingkat tk atau kindergarden mempunyai bangunan tersendiri yang berada tepat di sebelah kanan gedung SOS Hermann Gmeiner School.
Sekolah ini memulai kegiatan belajar mengajarnya dimulai dari pukul 7 hingga 11. Kemudian siswa pulang untuk makan siang dan membantu orang tua di rumah. Pukul 14 hingga 17 mereka datang lagi ke sekolah untuk belajar. Pendidikan karakter rupanya telah tertanam tanpa mereka menyadarinya di sela-sela aktivitas sekolah. Waktu belajar di Sos Hermann Gmeiner School yaitu dari hari Senin sampai dengan Sabtu. Kegiatan belajar mengajar diawali dengan pembiasaan menyanyikan lagu nasional. Seperti halnya dengan sekolah-sekolah lainnya di pelbagai tempat, mereka juga melakukan kegiatan ekskul seperti basketball, football, tennis dan lain-lain.
Kami senang dapat mengunjungi sekolah ini dan bertemu dengan Mr. Um Ra, staf tata usaha dan guru-guru yang mau berbaik hati menerima kunjungan kami yang mendadak ini.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar